Mendambakan Pemimpin Al-Amin

 
Nabi Muhammad diberi predikat al-amin jauh sebelum diangkat sebagai Sejarah akhirnya mencatat, dengan sifat al-amin dan risalah kenabiannya, Muhammad berhasil membebaskan dan mencerahkan seluruh masyarakat di jazirah Arabia yang pada masanya sangat banyak mendapati persoalan kemanusiaan terutama moralitas, Nabi Muhammad sekaligus menjadi sosok panutan seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Nabi kekasih Tuhan ini benar-benar menjadi pribadi dan pemimpin dunia yang memancarkan uswah hasanah. Lebih dari itu, Muhammad SAW bahkan telah menorehkan Islam sebagai agama rahmatan lil-'alamin. Pembawa agama rahmat bagi semesta alam.
Bagaimana jika negeri Indonesia tercinta ini dipimpin oleh sosok-sosok elite pemangku jabatan publik yang memiliki sifat al-amin? Para pemimpin pemerintahan dan tokoh-tokoh wibawa yang amanah. Sosok-sosok yang tepercaya secara lahir dan batin. Tepercaya pikiran dan tindakannya. Amanah dalam segala kebijakannya ketika mengurus negara dan hajat hidup publik. Termasuk amanah dalam memelihara dan melaksanakan janji yang diikrarkan ketika kampanye.
Jika para pemimpin dan elite negeri tercinta yang terhormat itu mampu menghiasi dirinya dengan sifat-sfat al-amin, sungguh beruntung bangsa Indonesia. Namun jika menyaksikan gelagat umum, tampaknya masih jauh. Sifat amanah atau al-amin itulah yang kini terasa hilang dari para elite publik di negeri ini, kendati tentu saja selalu ada yang tersisa dan masih amanah.
Banyak  urusan pemerintah  serba tertunda dan kian ruwet. Bila menyangkut keluhan dan pengaduan rakyat kecil seing lambat bahkan terabaikan untuk diselesaikan, sebaliknya jika menyangkut kepentingan kelas papan atas seringkali ringan penyelesaiannya. Malah muncul ironi, para elite politik lebih responsif atas urusan dirinya seperti menaikkan gaji dan fasilitas, ketika urusan rakyat yang diwakilinya banyak yang tak terjamah. Para koruptor, perusak kekayaan negara, dan penghancur negeri masih banyak yang berkeliaran dan sebagian malah secara menyolok mata dibebaskan. Semua itu terjadi karena para pemegang kunci jabatan publik tidak amanah, bagaikan pagar makan tanaman.

                                                                             Bandung, Februari 2012
                                                                             Cindya Hendriyana
 

Popular Posts

Popular Posts this month

Popular Posts this week